Pragmatisme Conte di Tottenham: Rusak Rekor 2 Calon Juara Liga Inggris, Sempurnakan Peran Son & Kane

Harry Kane menciptakan ruang di sepertiga akhir Tottenham, Ryan Sessegnon bergerak dari sisi kiri menuju kotak penalty. Through pass diberikan Kane dengan mulus, lewat kaki kirinya Sessegnon memanjakan Son Heung min untuk membuat Anfield terdiam sejenak lewat golnya. Hampir saja Tottenham membuat Liverpool malu di Anfield, sayangnya Luis Diaz menyamakan kedudukan di penghujung babak kedua.

Namun, hasil 1 1 sudah menjadi prestasi bagi Pasukan Antonio Conte. Tottenham sukses menjadi tim yang menghentikan catatan 12 kali kemenangan beruntun Liverpool kala bermain di Anfield sejak musim lalu. Tak hanya itu, hasil tersebut juga membuat nama Antonio Conte melejit, ia menjadi juru taktik yang paling sedikit merasakan kekalahan ketika bermain di stadion angker miliki Liverpool itu.

Dari enam kali lawatan Conte ke Anfield, ia sukses memenangkan laga sebanyak satu kali, meraih hasil imbang empat kali, dan hanya merasakan satu kali kekalahan. Kini dengan nama besar Antonio Conte, Tottenham Hotspur berada dalam jalur yang apik untuk kembali bangkit seperti era Pochettino. Ya, Antonio Conte sukses mereparasi Tottenham Hotspur menjadi tim yang berada di zona Liga Champions klasemen Liga Inggris.

Di awal kedatangan Conte, Tottenham tengah terseok seok dan hanya menduduki posisi sembilanLiga Inggris. Kini, dengan tangan dingin sang juru taktik asal Italia itu, Tottenham menjadi tim terkuat untuk mewakili Inggris bermain di Liga Champions musim depan. Posisi lima besar klasemen berhasil mereka duduki dengan torehan 62 angka, hanya tertinggal satu poin dari Arsenal yang bertengger di peringkat empat.

Prestasi menarik yang berhasil ditorehkan Tottenham selain sukses menahan imbang Liverpool di Anfield adalah bagaimana mereka mampu menjadi satu satunya tim yang mengalahkan Manchester City di paruh musim ini. Permainan pragmatisAntonio Contedengan mengutamakan serangan balik sukses membuat pertahananManchester Citykelimpungan. The Lilywhites boleh saja kecolongan lewat dua gol yang diciptakan Gundogan dan penalti Mahrez, tapi kecerdasan Conte membaca situasi permainan membuat Spurs mampu membalikkan keadaan.

Yang dicari Conte adalah kemenangan, ia peduli setan dengan penguasaan bola ataupun permainan cantik. Meski hanya mampu menguasai pertandingan sebanyak 28% saja, anak asuhnya sukses menciptakan 5 shot on target dan 3 di antaranya berbuah gol. Ya, itulah kehebatan Antonio Conte, mental pemenangan yang sedari dulu tertanam dalam dirinya.

Conte memang dikenal sebagai pelatih hebat, dia memulai karier kepelatihannya di klub besar Eropa sejak tahun 2011. Total tujuh musim ia menukangi Juventus, Chelsea, dan Inter Milan. Dari tiga tim elit tersebut, Conte sukses meraih lima gelar liga, satu piala FA, dan satu kali lolos ke partai Liga Europa.

Catatan hebatnya, dilansir Squawka , selama karier kepelatihannya, Conte selalu berhasil mencatatkan persentase kemenangan di atas 60%. Catatan tersebut semakin membuktikan bahwa ia adalah pelatih yang memiliki mental pemenang. Kemenangan menghadapi tim sebesar Manchester City menjadi modal Conte untuk mengangkat derajat The Lilywhites diLiga Inggris.

Salah satu hal yang paling mencolok dari sistem yang Conte usung adalah adaptasinya untuk sang winger, Son Heung min. Di tangan Antonio Conte, Son Heung min begitu diandalkan eks juru taktik Inter Milan itu untuk mengangkat performa tim. Dari 20 pertandingan yang sudah ia jalani, Conte memakai pakem 3 4 3 dengan memakai trio Son Heung min, Harry Kane, dan Lucas Moura/Kulusevski.

Pakem tersebut sedikit berbeda dengan apa yang ia pakai saat masih menukangi Inter Milan. Bersama Nerazzurri, hampir di setiap pertandingan Conte selalu memakai dua penyerang dengan tipikal nomor sembilan. Kedalaman skuat yang dimilikiTottenhammemang membuat Conte meninggalkan kebiasaannya di Inter Milan.

Apalagi, adanya Son Heung min yang lebih berbahaya jika dipasang sebagai seorangwinger, membuat Conte melakukan adaptasi dengan menggunakan tiga penyerang di depan. Hasilnya pun mentereng, Son menjadi top skor kedua bagi Tottenham musim ini dengan torehan 21 gol dan 20 di antaranya sukses ia ciptakan di pertandingan Liga inggris. Ia juga menjadi penyumbang assist terbanyak bagi The Lilywhites bersama Harry Kane dengan sumbangan 9 assistnya.

Dari adaptasi yang dilakukan pria berusia 52 tahun itu memang memperlihatkan bahwa dirinya benar benar ingin menjadikan Son sebagai pusat serangan dari Tottenham. Meski bermain sebagaiwingerkiri, pergerakan Son sangat cair. Ia tak selalu memulai serangan dari tepi lapangan tapi juga muncul dari tengah untuk menciptakanhalf space, Son pun juga lebih banyak berada di dalam kotak penalti.

Posisi wing back yang biasa diisi oleh Regulion/Sessegnon maupun Doherty fokus untuk melayani Son yang sering berada di kotak 16 untuk mencetak gol. Peran sebagaigoal getterutama The Lilywhites bukan lagi menjadi tanggung jawab utama sosok Harry Kane namun juga Son Heung min. Hal tersebut sebenarnya sangat realistis, Tottenham tak akan mampu berbicara banyak jika hanya menandalkan atribut seorang Harry Kane.

Antonio Conte yang menjadi pelatih anyar pun paham betul dengan atribut sang pemain, Son bukanlah pemain yang menjadi bayang bayang kapten Timnas Inggris tersebut. Melainkan Son adalah tumpuan the Lilywhites di lini depan, entah mencetak gol atau memberikan assist, atribut pemain berusia 29 tahun itu begitu dibutuhkan Conte dalam sistem yang ia usung. Sedangkan Harry Kane yang memiliki kreativitas dan visi bermain yang tinggi, lebih banyak menjemput bola ke tengah guna memberi space bagi Son untuk bergerak menusuk.

Kemampuannya mengirim umpan juga terbukti mampu menjadi pelayan sempurna bagi Son dan pemain Spurs lainnya untuk turut menyumbangkan gol bagi The Lilywhites. Selain sudah mencetak 23 gol dari 42 pertandingan, catatan 9 assist Harry Kane sukses melayani Son untuk terus mencetak gelotoran gol. Ya, menarik dinanti bagaimana kiprahAntonio ContebersamaTottenham Hotspurdengan Son Heung min dan Harry Kane yang menjadi tumpuannya di lini depan.

Lolos ke Liga Champions? Jika mampu tampil konsisten tentu bukan menjadi hal yang sulit bagi Conte untuk mengantar Tottenham ke kompetisi paling bergengsi di Eropa itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *